Sabtu, 03 Januari 2009

Bab 6-10

BAB 6
PESAN : BENTUK, MAKNA, DAN PENYAJIAN

Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret, manusia dengan akal budinya menciptakan lambang komunikasi : mimik, gerak-gerik, suara, bahasa lisan dan bahasa tulisan. Karena itu, lambang komunikasi adalah bentuk atau wujud konkret dari pesan. Bentuk pesan tidak berarti apa-apa tanpa makna, dan makna pesan sangat tergantung pada penyajiannya.
1). Bentuk Pesan : Lambang Komunikasi
Lambang komunikasi diartikan sebagai kode atau simbol, atau tanda yang digunakan komunikator untuk mengubah pesan yang abstrak menjadi konkret. Salah satu bentuk lambang komunikasi: mimik, gerak-gerik, suara, bahasa lisan atau bahasa tulisan.
Umum dan Khusus
Lambang komunikasi umum digunakan untuk tujuan umum dalam berbagai bidang kehidupan manusia, contoh: mimik, gerak-gerik, suara, bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Lambang komunikasi khusus hanya digunakan untuk tujuan-tujuan khusus, tertentu pada salah satu bidang kehidupan saja, contoh: warna, gambar, nada, bau-bauan.
Verbal dan Nonverbal
Kategori verbal adalah bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Kategori nonverbal adalah mimik, gerak-gerik, suara
Berikut ini adalah pengkategorisasian dengan lebih detil :
Lambang Komunikasi Verbal-Umum: bahasa lisan dan bahasa tulisan. Misalnya: teks pada buku.
Lambang Komunikasi Verbal-Khusus: bahasa lisan dan bahasa tulisan yang penggunaannya khusus pada bidang atau kalangan tertentu. Misalnya: bahasa gaul.
Lambang Komunikasi Nonverbal-Umum: suara, mimik, dan gerak-gerik. Misalnya, tersenyum berarti bahagia.
Lambang Komunikasi Nonverbal-Khusus: warna, gambar, nada. Misalnya, pada bidang lalu lintas, seperti Jika lampu merah berarti stop, kuning berarti hati-hati, hijau berarti jalan.
2). Makna Pesan
Makna muncul ketika sebuah lambang komunikasi yang mengacu pada suatu objek dipakai secara konsisten oleh para penggunanya. Saat itulah terjadi proses pembentukan makna di dalam akal budi para pemakainya. Makna pada dasarnya terbentuk berdasarkan hubungan antara lambang komunikasi (simbol), akal budi manusia penggunanya (pikiran pemakainya), dan apa yang dilambangkannya (obyek). Hubungan ketiganya membentuk segitiga, melahirkan teori segitiga makna.
Pikiran Pemakai
Simbol Obyek
Hubungan antara bentuk pesan (lambang komunikasi) dengan makna pesan dalam pikiran pemakainya menghasilkan dimensi-dimensi sebagai berikut:
a). Dimensi Referential (referen atau rujukan)
b). Dimensi Experiential (pengalaman dan pendidikan)
C). Dimensi Purposive (tujuan)
Obyek
Referential (Rujukan) Purposive (Tujuan)
Experiential (Pengalaman)
Secara Konseptual Makna dibedakan menjadi denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, dengan asosiasi primer, lebih merupakan peran akal dalam melakukan fungsi interpreter. Makna Konotatif adalah makna yang bersifat khusus, dengan asosiasi sekunder yang dimiliki sebuah lambang, lebih merupakan peran budi yang berfungsi.
3). Penyajian Pesan
Cara mengkaji penyajian pesan secara ringkas terbagi dua yang utama, yaitu cara penyajian pesan dan struktur penyajian pesan.
a). Penyajian Pesan
Cara penyajian pesan lebih menyangkut bagaimana kita memanfaatkan lambang komunikasi verbal dan non verbal yang kita gunakan, serta membubuhkan kadar emosi ke dalamnya. Di sini, budi kita, kecerdasan emosional kita menentukan keberhasilan komunikasi kita. Cara penyajian pesan, dalam konteks teori retorika Aristoteles, terkait dengan pathos: bagaimana pesan menggugah emosi pendegarnya.
b). Struktur Penyajian Pesan
Struktur penyajian pesan lebih kepada urut-urutan penempatan elemen atau lambang komunikasi yang kita gunakan. Semakin tinggi tataran komunikasi yang terjadi, pesan kita akan semakin terstruktur. Dalam konteks teori retorika Aristoteles, struktur terkait dengan logos: runtun logika penyampaian pesan.

BAB 7
PROSES PENYAMPAIAN PESAN: INTRAPRIBADI DAN ANTARPRIBADI

Proses komunikasi terjadi saat manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi: menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi. Komunikasi intrapribadi dan antarpribadi adalah landasan dari komunikasi pada tataran di atasnya. Dalam tataran antarpribadi komunikasi relatif lebih dinamis, bersifat dua arah, komunikator dan komunikan sama-sama aktif saling mempertukarkan pesan-mengirim dan menerima pesan-untuk dimaknai dan ditanggapi oleh pihak lainnya dan dalam realitas pertukaran pesan dan peran berlangsung sangat cepat. Dalam menangkap seluruh peristiwa yang terjadi sangat sulit sekali, suatu peristiwa yang lazim kita sebut proses komunikasi. Proses adalah urutan-urutan peristiwa. Jadi proses komunikasi adalah urutan-urutan peristiwa yang terjadi ketika manusia menyampaikan pesannya kepada manusia yang lain.
Tahapan-Tahapan Proses Komunikasi :
Proses Komunikasi Tahap-1: Penginterpretasian.
Proses komunikasi tahap-1 bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan yang masih bersifat abstrak. Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan kita sebut sebagai interpreting, akal budi manusia bertindak sebagai interpreter, alat penginterpretasi.
Proses Komunikasi Tahap-2: Penyandian.
Berawal sejak pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Proses tahap ini kita sebut encoding, proses penyandian. Akal dan budi manusia berfungsi sebagai encoder, alat penyandi: merubah pesan yang abstrak menjadi konkret.
Proses Komunikasi Tahap-3: Pengiriman.
Terjadi ketika komunikator melakukan tindak komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniahnya yang berfungsi sebagai transmitter.
Proses Komunikasi Tahap-4: Perjalanan.
Tahap ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim (transmit) hingga pesan diterima (receive) komunikan. Jalan yang dilalui pesan untuk sampai ke komunikan kita sebut saluran komunikasi (communication’s Channel), yang dapat melalui dua cara: dengan media (mediated communication) atau tanpa media (nonmediated communication).
Proses Komunikasi Tahap-5: Penerimaan.
Tahap ini ditandai dengan diterimanya (receive) lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan. Peralatan jasmaniah komunikan bertindak sebagai receiver, alat penerima, dan akal budinya pun bekerja.
Proses Komunikasi Tahap-6: Penyandian Balik.
Tahap ini terjadi dalam diri komunikan, bermula sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan jasmaniah yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budi manusia berhasil mengurainya. Proses ini disebut decoding, penyandian balik.
Proses Komunikasi Tahap-7: Penginterpretasian.
Tahap ini terjadi di dalam diri komunikan, berawal sejak lambang komunikasi berhasil diurai ke dalam bentuk pesannya. Proses komunikasi tahap-7 relatif sama dengan tahap-1 kita sebut proses penginterpretasian, lazim dinamai pula sebagai proses pemaknaan.
Kesimpulan dari Proses Komunikasi:
Proses Komunikasi Bersifat Dinamis:
Dalam beberapa contoh pesan dan peran dapat saling dipertukarkan. Dalam komunikasi yang dinamis proses pergantian peran komunikator dan komunikan berlangsung secara kontinu, namun sifat dinamis dan sirkuler yang tinggi hanya terjadi pada tataran komunikasi antarpribadi tata muka. Semakin tinggi tataran komunikasi sifat dinamis dan sirkuler komunikasi relatif berkurang.
Proses Komunikasi dapat Terhenti Setiap Saat:
Proses komunikasi dapat terhenti ketika motif komunikator tidak ditanggapi dan tidak ada reaksi dari komunikannya.

BAB 8
GANGGUAN PESAN

Adanya 7 tahapan proses komunikasi:
Proses penginterpretasian pesan(interpreting) sebagai upaya mewujudkan motif komunikasi dalam diri komunikator.
Proses penyandian (encoding) yaitu mengubah pesan yang abstrak menjadi konkret, berupa proses pembentukan dan pemilihan lambang komunikasi yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.
Proses pengiriman (transmitting) pesan dalam bentuk lambang komunikasi oleh komunikator.
Proses perjalanan pesan dalam bentuk lambang komunikasi dari komunikator ke komunikannya dengan atau tanpa media.
Proses penerimaan (receiving) lambang komunikasi pada diri komunikan.
Proses penguraian lambang komunikasi kembali kepada pesannya (decoding) oleh komunikan.
Proses penginterpretasian pesan (interpreting)-denotatif dan konotatif-sebagaimana dimaksud komunikator yang terjadi dalam diri komunikan.
Berikut adalah 7 titik Gangguan Komunikasi:
Gangguan-1: Pada akal budi komunikator ketika menjalani fungsi penginterpretasian.
Ketika komunikator mencoba menginterpretasikan motif komunikasinya, yakni apa yang dipikir dan dirasakan, tiba-tiba akal budinya tidak berfungsi.
Gangguan-2: Pada akal budi komunikator ketika menjalani fungsi penyandian.
Terjadi ketika komunikator lupa tentang satu istilah, sementara konsep tentang istilah itu ada di benaknya, atau ketika komunikator berbicara dan menyebut nama tetapi salah. Problem terjadi pada tahap encoding di dalam diri komunikator, ia tahu apa yang ingin dikatakan, tapi tidak tahu bagaimana mengatakannya dalam lambang komunikasi yang dimengerti komunikan.
Gangguan-3: Pada peralatan jasmaniah ketika menjalani fungsi pengiriman.
Terjadi saat akal budi komunikator mampu menjalankan fungsi interpreter dan encoder, namun peralatan jasmaniahnya gagal mentransmitnya.
Gangguan-4: Pada saluran / media komunikasi
Kali ini yang terjadi bukan pada akal budi komunikatornya tetapi pada saluran atau media komunikasi yang digunakan.
Gangguan-5 : Pada peralatan jasmaniah komunikan ketika menjalani fungsi penerimaan.
Di sini peralatan jasmaniah komunikan yang berfungsi sebagai receiver, alat penerima bermasalah sehingga membuat pesan diterima tidak sebagaimana yang dikirimkan atau bahkan tidak dapat diteriam (receive) sama sekali.
Gangguan-6 : Pada akal budi komunikan ketika menjalani fungsi penyandian balik.
Terjadi ketika pengetahuan akal komunikan gagal saat mengurai (decode) lambang komunikasi yang digunakan oleh komunikator sehingga tidak dapat menangkap pesan tersebut.
Gangguan-7 : Pada akal budi komunikan ketika menjalani fungsi penyandian balik.
Terjadi ketika lambang komunikasi telah berhasil diurai, komunikan mengerti perkataan dari komunikator tapi interpretasinya kurang atau keliru sehingga terjadi tidak sebagaimana yang dimaksudkan.

BAB 9
PEMILIHAN MEDIA KOMUNIKASI

Secara konseptual media komunikasi tidak sama dengan saluran komunikasi. Saluran komunikasi (communication channel) adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Hal ini dapat ditempuh dengan dua cara: dengan media atau tanpa media. Media adalah kata jamak (plural) dari medium yang tunggal (singular). Medium komunikasi kita definisikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya kepada komunikan.
Media komunikasi berdasarkan kurun waktunya dapat kita bedakan menjadi tradisional dan modern. Berdasarkan tatarannya dapat kita golongkan mulai dari media antar pribadi hingga media massa. Dalam tahapan proses komunikasi telah berlangsung sejak tahap-2 yaitu penyandian pesan. Ketika akal budi komunikator menyandi pesan, ia juga berproses memilih media komunikasi yang akan digunakannya. Proses pemilihan media mempengaruhi proses pembentukan pesan dan pemilihan lambang komunikasi, karena media komunikasi adalah alat-alat perantara yang sengaja dipilih oleh komunikator untuk menghantarkan pesan kepada komunikan, sedangkan pesan disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi, maka persoalan utama dalam pemilihan media komunikasi adalah sejauh mana media yang dipilih mampu mewujudkan motif komunikasi dari komunikatornya.
Pemilihan media dalam tataran komunikasi
Media antarpribadi adalah media komunikasi yang digunakan dalam tataran antarpribadi.
Dalam tataran komunikasi antarpribadi media komunikasi yang digunakan : telepon atau surat
Media massa digunakan pada tataran komunikasi massa.
Media yang digunakan: surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film
Keunggulan utama media cetak adalah kemampuannya menguasai waktu, dalam pengertian termassa, yang lebih besar dari media audio (seperti radio, telepon) dan audio visual (seperti televisi, film) yang disebut sebagai media elektronik.

BAB 10
EFEK KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI EFEKTIF

Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat dibedakan menjadi Efek Kognitif (pengetahuan), Efek afektif (sikap), Efek Konatif (tingkah laku). Efek adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang kita inginkan. Persoalan utama dalam komunikasi efektif adalah sejauh mana motif komunikasi komunikator terwujud dalam diri dalam diri komunikannya. Apabila motif komunikasi kita maknai sebagai tujuan komunikasi, maka secara matematis dapat kita tuliskan sebagai berikut:
(1). H = T : Komunikasi efektif
(2). H > T : Komunikasi sangat efektif
(3). H <>

Tidak ada komentar: